Mengapa Sensor dan IoT Kini Jadi Bagian Penting Program DLH?

Di tengah tekanan perubahan iklim, polusi perkotaan, dan kerusakan lingkungan yang terus meningkat, teknologi mulai memainkan peran penting dalam transformasi kebijakan lingkungan di Indonesia. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebagai garda terdepan pengawasan dan pengelolaan lingkungan kini mulai beralih ke pendekatan digital dengan mengadopsi teknologi sensor dan Internet of Things (IoT).

Mengapa Sensor dan IoT Kini Jadi Bagian Penting Program DLH?

Langkah ini diambil untuk menjawab tantangan nyata yang kian kompleks. Menurut IQAir (2024), kualitas udara di Jakarta kerap masuk kategori "tidak sehat", dengan angka AQI melebihi 150. Kementerian LHK juga mencatat peningkatan volume sampah dan pencemaran sungai di kota-kota besar. Dalam konteks tersebut, sensor dan IoT menjadi jawaban untuk pemantauan kondisi lingkungan secara presisi, real-time, dan berkelanjutan.

Sensor: Teknologi Penginderaan yang Mendeteksi Perubahan Lingkungan

Sensor adalah perangkat elektronik yang dirancang untuk menangkap sinyal fisik atau kimia di lingkungan, lalu mengubahnya menjadi data digital. DLH di berbagai daerah kini memasang sensor untuk mengukur:

  • Partikulat PM2.5 & PM10: Menyediakan data kualitas udara yang berkaitan langsung dengan gangguan pernapasan.

  • Gas Emisi (NO2, CO, SO2): Digunakan untuk melacak emisi dari kendaraan dan aktivitas industri.

  • Kualitas air: Mengukur kadar oksigen terlarut, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), pH, dan logam berat.

  • Kebisingan dan suhu: Menangkap paparan suara berlebih di kawasan padat dan mencatat fluktuasi suhu untuk analisis iklim mikro.

Sensor ini biasanya dipasang di tiang-tiang jalan, kawasan industri, taman kota, serta sungai atau danau, dan secara berkala mengirim data ke pusat pengolahan.

IoT: Jembatan Penghubung Menuju Sistem Pemantauan Terpadu

Tanpa IoT, data dari sensor tidak akan optimal. IoT berfungsi menghubungkan seluruh perangkat ke jaringan digital yang memungkinkan pengumpulan, penyimpanan, dan analisis data secara otomatis.

Fungsi IoT dalam Program DLH:

  • Sinkronisasi Data: Semua sensor terhubung ke dashboard pusat yang menampilkan data secara visual dan mudah dipahami.

  • Notifikasi Real-Time: Sistem memberikan peringatan saat terjadi lonjakan pencemaran di suatu titik.

  • Manajemen Sumber Daya: Petugas lapangan dapat merespons secara efisien, hanya ke titik yang membutuhkan.

  • Akses Publik: Beberapa dashboard dibuka ke publik agar masyarakat ikut memantau kualitas lingkungan sekitar.

Contohnya, Pemkot Bandung melalui DLH setempat meluncurkan aplikasi "Bandung Clean Air" yang menampilkan data kualitas udara dari sensor-sensor berbasis IoT.

Dampak Strategis terhadap Kebijakan DLH

Pemanfaatan sensor dan IoT secara langsung memengaruhi tiga aspek utama:

  1. Transparansi dan Akuntabilitas: Data lingkungan yang dibuka ke publik meningkatkan kesadaran kolektif dan menekan pelanggaran lingkungan.

  2. Pengambilan Keputusan Berbasis Data: DLH kini bisa merancang kebijakan pengendalian polusi dengan mempertimbangkan tren dan pola pencemaran yang terekam oleh sistem.

  3. Efisiensi Operasional: Inspeksi tidak lagi harus dilakukan secara menyeluruh dan manual. DLH cukup memverifikasi titik-titik yang ditandai oleh sistem.

Studi Lapangan: Praktik Baik di Beberapa Daerah

  • Surabaya: Menggunakan sensor udara dari teknologi LoRa dan dashboard online sejak 2021. Hasilnya, pengelolaan transportasi dan kendaraan dinas lebih tepat sasaran dalam menurunkan polusi.

  • Semarang: Bekerja sama dengan UNDIP dan startup lokal untuk monitoring kualitas air sungai menggunakan sensor nirkabel.

  • Bali: DLH setempat memantau emisi gas dari kawasan pariwisata dan pelabuhan, sebagai bagian dari upaya menjaga citra wisata ramah lingkungan.

Data-data tersebut diolah menjadi laporan rutin yang dapat menjadi dasar rekomendasi kebijakan kepada wali kota atau gubernur setempat (Sumber: dlhi.co.id).

Tantangan Lapangan dan Upaya Penyelesaiannya

Tentu saja, implementasi teknologi tidak selalu berjalan mulus. Hambatan yang dihadapi meliputi:

  • Biaya Pengadaan: Perangkat sensor dan IoT mahal, terlebih bila ingin menjangkau area yang luas.

  • Infrastruktur Jaringan: Tidak semua wilayah memiliki koneksi internet yang stabil.

  • SDM Terbatas: Petugas DLH perlu dilatih untuk membaca dan menindaklanjuti data yang ditampilkan sistem.

Sebagai solusi, beberapa kota menggandeng CSR perusahaan, universitas, dan lembaga donor untuk pengadaan perangkat dan pelatihan teknis.

Menuju DLH yang Adaptif dan Cerdas

Sensor dan IoT bukan sekadar pelengkap, melainkan komponen utama dari sistem DLH modern. Dengan integrasi ini, pengelolaan lingkungan dapat dilakukan secara adaptif, berbasis data, dan melibatkan masyarakat.

DLH digital tidak hanya lebih efisien, tetapi juga lebih transparan dan responsif terhadap perubahan. Pendekatan berbasis teknologi seperti ini diharapkan menjadi standar nasional dalam sistem pengawasan lingkungan.

Posting Komentar untuk "Mengapa Sensor dan IoT Kini Jadi Bagian Penting Program DLH?"